memang ga mudah

Jumat, 30 November 2007

''Pagi Pak, apa kbrnya nie?Pak saya mhn maaf seandainya saya ada salah slama saya bkrja dgn Bpk. Mulai bln dpn saya mngundurkn diri Pak. Tlng doa dan dukungannya''. Begitu bunyi sms yang saya kirimkan kepada orang-orang yang dulu pernah menjadi atasan saya.
Berbagai tanggapan pun muncul setelah saya mengirimkan sms tersebut. Ada yang kaget trus membalas sms ''lho kenapa?apa ada masalah?''. Sampai ada juga yang langsung menelpon dan menanyakan permasalahannya ''kenapa rohman, apa alasannya kok kamu tiba-tiba mengundurkan diri?''. ''kamu kan dianggap baik diperusahaan ini, jadi ga mungkin kalau kamu mengundurkan diri tanpa ada penyebabnya''. Begitu juga salah satu sms yang masuk ke hape saya.
Keputusan untuk keluar dari perusahaan adalah mutlak saya ambil bukan hanya kerena saya merasa jenuh bekerja diperusahaan, atau karena terjadi masalah. Akan tetapi karena saya kepingin memulai untuk berwirausaha. Walaupun kecil tapi hasil usaha dan keringat sendiri saya pikir akan lebih nikmat dibanding didapat dari bekerja dengan orang (jadi karyawan).
Hari ini salah satu cobaan lagi saya hadapi. Pada saat saya meminta tandatangan surat pengunduran diri, pimpinan meminta saya untuk menunda keinginan saya dan akan memberi alternative menaikkan gaji. Namun keputusan adalah mutlak, saya tidak bisa lagi menariknya dan saya anggap ini adalah sebagai pertanda/cobaan kalau saya nanti bakalan berhasil.
Salam
Rokhman

akhirnya aku berani juga

Rabu, 28 November 2007

Tanggal 28 November tepatnya saya mulai masuk ke dalam dunia kerja, banyak suka dan duka yang ditemui. Hari kedua saya masuk kerja saya dihubungi oleh salah satu perusahaan ritel berskala nasional, dan diterima menjadi Management Traine. Tanpa ragu saya menolak tawaran tersebut ''Maaf Pak saya tidak bisa bergabung karena saya sudah bekerja di Perusahaan Perkebunan''. Ada lagi pengalaman yang menegangkan, dimana setelah satu minggu saya bekerja, saya dihadapkan pada keadaan dimana saya harus melerai perkelahian antar petani yang berebut bibit singkong. Saya panik bukan kepalang, karena hampir saja celurit mengayun guna melampiaskan kemarahan kepada sang lawan.
Dua tahun bekerja banyak juga suka yang ditemui. Bekerja dengan banyak petani (waktu itu saya masih mengurusi kebun plasma) ternyata mengasyikkan juga, setiap kali berkunjung paling ga secangkir teh atau kopi pasti tersuguh. Kadang semangka, rambutan, sayur dan macam-macam yang mereka berikan ketika mereka sedang panen.
Suka dan duka kini hanya tinggal kenangan. Hari ini yang juga tanggal 28 november saya memutuskan untuk hengkang dari perusahaan yang selama 2 tahun menghidupi saya. Berat rasanya, tapi ini adalah keputusan. Keputusan yang mesti saya ambil untuk dapat memperbaiki masa depan saya dan keluarga.
Ilmu, pengalaman dan kedewasaan saya rasa sudah cukup saya dapatkan pada saat saya bekerja dengan orang lain untuk saya terapkan sekarang. Iya, sekarang. Sekarang saya mulai BANGKIT dengan kaki sendiri, walaupun terseok-seok tetapi inilah saya. Saya harus keluar dari posisi nyaman untuk hasil yang lebih baik.
AKU YAKIN AKU AKAN SUKSES
Ini lah kata yang menguatkan keinginanku.
Salam
Rokhman Permadi

''sekolah'' dan proses merusak otak

Jumat, 23 November 2007

''Pinter'' kadang selalu dipahami sebagai seseorang yang memiliki nilai akademis yang tinggi. Di sekolah, orang yang mendapat ranking dikatakan sebagai orang yang pinter. Begitupun di kampus, jika ia memiliki Indeks prestasi (IP) yang tinggi maka disematkanlah prediket pinter kepadanya.
Kesalah kaprahan terhadap prediket pinter berdampak terhadap penekanan mental dan psikologis anak didik. Proses belajar disekolah telah beralih kepada proses mencari nilai yang setinggi-tingginya, sehingga orang berani belajar hingga larut malam karena besok ada ujian. Memaksa diri menghafal rumus2 yang jelimet padahal fisik sudah tidak kuat lagi karena sudah larut malam.
Kesalahan pemahaman juga diperkuat oleh orang tua yang juga tidak mengerti. Mereka juga menuntut anak-anak mereka agar mendapatkan nilai raport atau indeks prestasi yang tinggi.
Otak yang memiliki potensi memori triliyunan megabyte hanya bisa menyimpan data jika ia dalam kondisi rileks. Pemaksaan dalam input data keotak akan merusak fungsi otak, jika ini tidak disadari dan terus saja dipaksakan maka daya simpan/memori otak akan menurun bahkan selanjutnya akan hang.
Mari kita berhitung, bangku pendidikan hingga S1 ditempuh selama 18 tahun. Jika selama itu otak dipaksa untuk memasukkan data dengan cara ''kekerasan'', maka ini benar-benar merusak memori otak.
Jika ''Pinter'' terus dipamahi seperti dijelaskan diatas, kemungkinan saya malas menyekolahkan anak saya. Bukannya membentuk daya fikir, menambah wawasan, serta meningkatkan skill, atau meningkatkan daya sosialisasi, eh malah membikin rusak otaknya. Ih, ngeri...
Salam
Rokhman Permadi

Action vs Perubahan

Rabu, 21 November 2007

''Kalau ngomong aja sih ga bikin perubahan''.
Kalimat tadi adalah penggalan narasi dalam sebuah iklan sabun di televisi, yang hampir setiap hari terdengar.
Iklan tersebut bercerita tentang kegiatan gerak jalan anak-anak. Suatu ketika ada seorang pengendara roda dua yang melaju kencang, melewati kubangan air di jalan yang berlubang. Saking kencangnya memacu motor, maka muncrat lah air didalam kubangan tadi mengenai rombongan gerak jalan.
Marah, menggerutu bahkan ada juga yang mencela kepada si pengendara yang tidak bertanggung jawab. Namun ada salah seorang dari rombongan yang berfikir ''Wah, kalau ngomong aja sih ga bikin perubahan''. Kemudian diajak lah teman-teman nya untuk mengambili air didalam kubangan hingga kering dan berame-rame pula menutup lubang nya.
Kalimat di dalam iklan tersebut menjadi pelajaran lagi bagi saya bahwa gerutuan, keluhan, cacimakian tidak membawa kepada perubahan. Perubahan dapat terjadi hanya kalau ada action atau perbuatan.
Aku akan Berbuat Untuk Merubah Dunia
Salam
Rokhman Permadi

''Pinter'' perlu ga ya???

Selasa, 20 November 2007

''Kalau anakku besar nanti akan aku kuliahkan di luar negri. Aku ga menuntut dia harus pinter, tapi yang kutuntut adalah dia harus punya teman yang banyak''.
''Kenapa jadi begitu Pak?''. Saya bertanya.
''Ya iya lah, kalau orang pinter itu kan identik dengan menyendiri ga banyak teman. Padahalkan kl banyak teman itu ya banyak jaringan''.
''Bingung Pak''. Sambil mengernyitkan dahi saya menegaskan.
''gini, kamu tau kan kalau banyak produk kita yang diminati oleh orang luar sana. Nah, kalau kita punya banyak teman disana kan enak kalau mau ngirim barang atau sebaliknya sapa tau disana ada teman yang punya bisnis kan bisa kita handle pemasarannya disini''. Beliau menjelaskan lagi.
''Kok ga harus pinter Pak?''. Kembali saya bertanya.
''Pinter boleh, tapi sering kali orang pinter itu kan terlalu konsen sama apa yang dia pelajari. Setiap detik waktunya dia habiskan untuk belajar dan membaca, sampai-sampai gada waktu untuk bersosialisasi dengan sekitar, akhirnya ya ga banyak teman. Padahalkan sayang mumpung diluar negri''.
''Oh gitu ya Pak''. Jawab saya.
Penggalan percakapan di atas adalah pengalaman saya dengan seorang mitra kerja perusahaan saya dibidang penanaman singkong. Umur beliau masih terbilang muda, kalau tidak salah baru antara 28-30 tahun. Namun yang membuat saya iri adalah keberhasilan beliau. Diumur yang masih muda beliau sudah memiliki 500ha kebun sawit di Lampung, juga kebun singkongnya. Lain lagi diKalimantan beliau bisnis tambang batu besi, punya kebun karet, singkong dan sawah. Awal beliau datang ke Kalimantan katanya juga bisnis kayu, namun karena sekarang kayu sudah ketat beliau memutuskan untuk berhenti.
Senang kalau bisa ngobrol dengan beliau, walaupun beliau sudah jadi orang sukses namun juga ga merasa besar diri. Buktinya saya kadang kalau ngobrol ya seperti ngobrol sama teman seusia saya saja.

Dipersimpangan Jalan.

Sabtu, 17 November 2007

''Bisa tolong jelaskan, jalan mana ya yang harus kuambil dari sini?''.
''Tergantung kamu maunya kemana''. Jawab sang kucing
''Kemana juga boleh'', kala Alice.
''Ya, kalau begitu, jalan manapun boleh kamu ambil'', kata sang Kucing
(dari Alice's adventure in wonderland)
Apa yang disampaikan dalam perbincangan antara Alice dan sikucing menggambarkan apa yang sedang saya alami sekarang. Saya berhak menentukan sendiri arah mana yang ingin saya tempuh untuk mencapai tujuan yang saya inginkan. Namun permasalahannya adalah bahwa saya belum punya konsep yang jelas apa yang ingin dituju.
Saya kadang masih ragu apakah saya benar-benar ingin berwirausaha atau selamanya jadi orang suruhan. Keragu-raguan ini muncul karena saya masih belum berani mengambil resiko kehilangan pendapatan yang biasanya rutin saya dapat setiap bulan dari perusahaan tempat saya bekerja sekarang. Kalau saya berwirausaha maka saya memutus rutinitas bulanan tadi dan berharap untuk mendapatkan sesuatu yang belum jelas dibulan yang akan datang.
Sepertinya plin plan, tetapi inilah kenyataannya. Saya menganggap ini adalah suatu saat dimana saya berada dipersimpangan jalan yang menuju suatu arah yang paling menentukan terhadap apa jadinya saya kedepannya. Seperti yang saya rasakan saat ini adalah hasil keputusan saya diwaktu yang lalu dimana saya merasa keliru dalam memutuskannya. Apakah sekarang saya akan mengambil jalan yang lebih parah lagi?. Ini lah yang membuat saya lebih berhati-hati dalam menentukannya.
Beberapa hari belakangan saya dapat kiriman email dari Bpk Tung Desem Waringin (TDW), dalam email tersebut beliau mengajarkan bahwa ada beberapa langkah yg harus dilakukan untuk dapat mencapai keberhasilan optimal atau yang disebut oleh Anthony Robins sebagai Peak Performance. Langkah yang pertama adalah Menentukan apa yang diinginkan untuk dicapai?, atau dalam instilah di atas td kemana arah yang ingin dituju?. Langkah kedua adalah Take action atau lakukan, ayunkan langkah menyusuri jalan yang menuju tujuan yang diinginkan. Langkah ketiga adalah Evaluasi atau tingkatkan kepekaan diri untuk merasakan apakah jalan yang ditempuh sudah benar-benar mengarah ketujuan yang ingin dicapai tadi.
Sulit, namun apapun yang akan saya putuskan pasti akan ada resikonya. Tolong doa dan bantuannya.
Wassalam
Rokhman

Resiko jadi orang berprestasi

Kamis, 01 November 2007

Pagi tadi baru saja saya memasuki kantor untuk kembali beraktifitas seperti biasanya saya langsung dipanggil oleh pimpinan. Waduh, kepala pun jadi dijejali beberapa pertanyaan. Ada apa ini?memang saya ada salah apa ya?karena memang beberapa hari belakangan semangat saya untuk bekerja mulai menurun.
''Duduk Pak Rokhman, wah kemaren ke kal-teng ya?saya beberapa kali kirim sms ga masuk ya'' dengan senyuman beliau bertanya. ''selamat ya sdh jd pengantin baru''. Melihat kondisi tersebut kekhawatiran dihati pun jadi lega. ''ada apa Pak?'' saya balik bertanya, tidak langsung menjawab beliau menyerahkan sebuah amplop yang menjadi pertanyaan lagi bagi saya. ''Pak Rokhman tolong nanti dikelola yang baik ya''. Saya langsung membaca isi amplop yang td diberikan dan ternyata isinya adalah surat mutasi yang mana saya harus mengelola kebun baru lagi yang lebih luas dari yang sekarang saya pegang.
Kebun yang akan saya pegang ini sebenarnya bukanlah kebun yang baru dibuka, namun denger-denger ceritanya disana dulunya pimpinannya kurang bisa mengelola sehingga banyak permasalahan yang muncul baik intern maupun ekstern kebun. Saya pun sebenarnya bingung juga, kenapa kok saya yang dipilih?namun katanya setelah melihat kebun yang saya kelola sekarang beliau merasa saya lebih cocok untuk mengelola kebun baru tersebut.
Mengapa saya cerita hal tersebut?bukan berniat untuk bangga diri, namun dari kejadian tadi pagi ada beberapa pelajaran yang dapat saya ambil sebagai seorang yang bekerja dengan orang lain.
Sebagai seorang yang memiliki sebuah usaha menginginkan disetiap usahanya sukses. Sama kejadian di perusahaan saya bekerja, pada saat ada kebun yang jelek maka secara otomatis si empunya perusahaan ingin kebun yang jelek tersebun jadi baik lagi. Gimana caranya?ya diambillah orang yang memiliki performa baik untuk mengelola dikebun jelek tersebut. Apa yang bisa diambil disini?''bahwa semakin baik prestasi kita didalam sebuah perusahaan maka semakin banyak permasalahan yang bakal dihadapi'' (tolong kasih komentar jika pernyataan saya salah). Karena kita bakalan dipindah kelokasi yang jelek untuk dapat diperbaiki oleh si yang berperforma baik tadi.
Jujur saya aja selama 2 tahun bekerja sudah hampir 5 kali dimutasi bukan karena saya melakukan kesalahan.
Beda kalau kita berusaha sendiri, semakin baik kita mengelola sebuah bisnis maka semakin bagus bisnis yang kita kelola. Walaupun ada masalah pasti bukan masalah yang berulang-ulang terjadi, karena kita sendiri yang menjalankan. Hasil yang dicapaipun dapat dirasakan, tidak seperti kejadian saya tadi dimana dengan kerja saya yang baik belum saya rasakan hasilnya sudah dipindah lagi.
Wah cape dech,,, jenuh juga rasanya. Sama kaya jari saya nie yang cape mencet-mencet keypad hape buat nulis diblog ini. He3x.
Salam
Rokhman Permadi.

 
Free new blogger template ABSTRACT MIND Design by Pannasmontata             Powered by    Blogger